Rabu, 26 Mei 2010

kalimat proposisi dalam kalimat

1. Tetapkan kalimat-kalimat mana merupakan proposisi, mana yang tidak:
a. Kebanyakan anak-anak lebih condong untuk memilih karier yang sama dengan karier orang tua mereka.
jawab: Proposisi, karena kalimat ini terdapat pendapat seseorang.
b. Saya memcoba menginsafkan mereka supaya tidak berpendirian sepecik itu.
jawab: Tidak Proposisi, karena kalimat ini merupakan kalimat keinginan.
c. Ditinjau dari keadaan geografis dan dunia keuangan, maka Concorde akan lebih ideal dan lebih bermanfaat untuk melintasi Samudra Atlantik Utara.
jawab: Proposisi, karena kalimat ini dapat dibuktikan kebenarannya.
d. Panggilah orang itu untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
jawab: Tidak Proposisi, Karena kalimat ini terdapat kalimat perintah.
e. Bila kapal terbang mencapai kecepatan 1060 km perjam, maka gelombang-gelombang yang dihasilkan oleh motor tepat mengenai cepat rambat bunyi dan tidak menjahui pesawat karena cepat rambatnya sama dengan kecepatan kapal terbang.
jawab: Proposisi, karena kalimat ini dapat dibuktikan kebenarannya.
f. Mudah-mudah mereka semua sampai dengan selamat di tempat tujuan.
jawab: Tidak Proposisi,karena kalimat ini terdapat kalimat harapan.
g. Siapa yang bertanggungjawab atas semua kekacauan ini?
jawab: Tidak Proposisi, karena kalimat ini terdapat kalimat Tanya.
h. Marilah kita menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya sebagai pembuka acara pagi ini.
jawab:Tidak Proposisi, Karena kalimat ini terdapat kalimat himbauan.
i. Kesimpulan-kesimpulan mengenai masa depan manusia demikian suramnya sehingga dapat dikatakan bahwa ramalan-ramalan hari kiamat itu tidak dapat dielakan lagi.
jawab: Proposisi, karena kalimat ini merupakan kalimat kesimpulan.
j. Biarlah mereka menyelesaikan pekerjaan itu sementara kita istirahat di bawah pohon yang rindang itu.
jawab: Tidak Proposisi, karena kalimat ini terdapat kalimat perintah.
k. Mereka akan tiba sore ini jam 17.30 di pelabuhan udara internasional Halim Perdana Kusuma.
jawab: Proposisi,karena kalimat ini dapat dibuktikan kebenarannya.


l. Mudah-mudahan mereka tiba besok pagi.
jawab: Tidak proposisi, karena kalimat ini terdapat kalimat harapan.
2. Tunjukkan yang mana dari proposisi berikut yang Saudara anggap mengandung inferensi dan mana yang mengandung impilikasi.
a. Hari ini matahari bersinar terang bederang sejak pagi.
jawab:Implikasi.
b. Cara perawatan kesehatan Pegawai Negeri yang berlaku di Jakarta dewasa ini menyebabkan banyak dosen(juga pegawai negeri yang lain) tidak menjalankan tugasnya, karena setiap kali harus pergi ke puskesmas pada jam-jam kerja untuk berobat.
jawab: Inferensi.
c. Pemerintah akan membicarakan jaminan kerja dan upah yang layak bagi semua orang.
jawab: Inferensi.
d. Alat pengukur panas di Kemayoran memperlihatkan angkan tiga puluh lima derajat celcius.
jawab:Implikasi.
e. Semua makanan yang dihidangkan itu habis dimakannya.
jawab:Implikasi.
f. Anak itu harus dipersalahkan karena ia yang lebih dahulu mengganggu kawannya.
jawab: Inferensi.

Rabu, 05 Mei 2010

Angklung Budaya Indonesia yang Terkenal Hingga Luar Negeri

Indonesia, negeri kaya akan beragam budayanya. Disetiap daerah, masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda yang ditampilkan dari budayanya.
Salah satunya yaitu alat musik. Aalat musik yang ada disetiap daerah tentu saja berbeda-beda, tiap alat musik merepresentasikan daerah dari meraka berasal. Salah satu contoh dari alat musik daerah yang terkenal hingga ke luar negeri yaitu angklung.
Alat musik angklung akan dikukuhkan menjadi warisan budaya dunia tak benda atau “World Intangible Heritage” oleh UNESCO pada 2010.

“Indonesia mengajukan angklung untuk menjadi warisan dunia ke UNESCO sejak setahun lalu dan rencananya akan disidangkan oleh lembaga dunia itu pada pertengahan 2010,” kata Direktur Operasional ’Saung Angklung Udjo’ Satria Yanuar Akbar di Bandung, Senin.

Ia berharap pada November 2010, angklung akan dikukuhkan menjadi “World Intangible Heritage” oleh UNESCO sekaligus mentasbihkan angklung sebagai “real” Indonesia.

Saung Angklung Udjo sendiri, katanya, memberikan dukungan penuh atas ajuan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

“Dengan pengakuan itu, saya optimistis angklung akan lebih berkembang karena opini masyarakat semakin kuat. Masyarakat Indonesia harus bangga karena angklung menjadi warisan budaya dunia,” katanya.

Dengan pengakuan UNESCO terhadap angklung sebagai warisan budaya dunia tak benda, maka tidak akan ada lagi negara lain yang mendaku (klaim) angklung.

Sebelumnya, angklung juga diramaikan telah diklaim oleh Malaysia sebagai alat musik asli negara itu.

Selain adanya pengamanan dan pengakuan angklung sebagai warisan budaya dunia, juga akan berdampak secara ekonomis. Para perajin angklung akan diuntungkan dengan mendapatkan banyak pesanan angklung dari dalam dan luar negeri.

“Pesanan angklung saat ini berasal dari beberapa negara di dunia, baik Asia, Eropa, maupun Amerika. Saung Angklung Udjo juga memiliki jadwal rutin pentas di luar negeri, sekaligus memperkenalkan angklung sebagai seni budaya yang bisa mendunia,” katanya.

Dengan demikian, menurut Satrya, angklung diharapkan menyusul batik yang telah dikukuhkan UNESCO menjadi warisan dunia pada 2009.

Sintaksis

Sintaksis


Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Namun apakah bahasa yang gunakan sudah benar penggunaanya? Belum tentu benar.
Ada pola-pola kalimat yang harus diperhatikan, agar bahasa Indonesia yang kita gunakan memenuhi kaidah pembentukan kalimat yang baik dan benar.

Bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya disebut dengan sintaksis.
Sedangkan kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap. Setiap kalimat mewakili satu gagasan utama .

Frase dan Klausa
Telah dijelaskan di atas bahwa kalimat dapat berupa kata atau kelompok kata, Kelompok kata yang membentuk satu kesatuan dan menduduki satu fungsi gramatikal dalam kalimat ialah frase. Frase tidak bersifat predikatif dan tidak mempunyai predikat
Sekelompok kata yang menjadi bagian kalimat dan memiliki predikat ialah klausa.
"Mahasiswa itu sudah mengatakan bahwa dia tidak dapat ikut ujian bahasa Indonesia".
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa.
a. Mahasiswa itu sudah mengatakan dan
b. bahwa dia tidak dapat ikut ujian bahasa Indonesia.
Klausa (a) merupakan klausa bebas, secara potensial dapat berdiri sendiri dan mampu menjadi kalimat.

Klausa (b) adalah klausa terikat atau klausa yang menjadi bagian klausa bebas, yang dalam kalimat di atas menjadi objek verba transitif mengatakan.
Kalimat demikian termasuk kalimat majemuk bertingkat atau subordinatif.
Yang merupakan frase dalam kalimat di atas ialah
a. mahasiswa itu,
b. ujian bahasa Indonesia, yang merupakan frase nominal, dan
c. sudah mengatakan, serta
d. tidak dapat ikut, yang merupakan frase verba

Frase dan Klausa ditinjau dari inti kata
1. Frase nominal,
yaitu frase yang intinya nomina, atau kata benda, dan dapat berfungsi menggantikan kata benda, buku tulis, lemari arsip, guru bahasa Indonesia, ibu bapak, para orang tua, dll.
2. Frase verbal,
yang intinya verba dan dapat mengganti kedudukan verba dalam kalimat. Misalnya :
sedang belajar, sudah belajar, tidak belajar, akan belajar, tidak harus belajar, tidak akan ingin belajar, dll.
3. Frase adjektival,
yang intinya kata sifat atau adjektiva. Misalnya :
sungguh pintar, cukup pintar, agak pintar, paling pintar, pintar sekali.
4. Frase preposisional,
yang salah satu unsurnya kata depan atau preposisi. Contoh :
di depan, dari depan, ke depan, oleh mereka, kepada kami, dengan tangan kiri, dll
Frase dan Klausa ditinjau dari kelas kata

1. Frase endosentris :
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata atau lebih ,yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya.

Contoh :
guru agama (kata benda)  guru (kata benda) agama (kata benda)
gadis cantik (kata benda)  gadis (kata benda) cantik (kata sifat)
Frase endosentris dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Frase bertingkat (frase subordinatif, frase atributif ) :
frase yang mengandung unsur inti (D) dan unsur penjelas (M).
Contoh:
baju baru
D M

anak manis
D M

sebatang rokok kretek
M D M

sebuah rumah mewah
M D M

seorang guru
M D

sepotong roti
M D
2. Frase setara (frase koordinatif): frase yang mengandung dua buah unsur inti (tidak ada unsur penjelas/atribut).
Contoh:

suami istri
sawah ladang
sanak saudara
2. Frase Eksosentris:
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata (atau lebih) yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata dari salah satu(atau lebih) unsur pembentukannya.

Contoh :
dari sekolah (kata keterangan)  dari (kata depan) sekolah (kata benda),

yang memimpin(kata benda)  yang (kata tugas) memimpin (kata kerja)
Frase dan Klausa ditinjau dari makna frase
1. Frase idiomatik, kelompok kata yang maknanya merupakan idiom (ungkapan), memiliki arti konotatif. Misalnya, bermental baja, membanting tulang.
2. Frase biasa, yang memiliki arti sebenarnya. Misalnya, rumah Ateng, sedang pergi
Jabatan atau Fungsi Gramatikal Kalimat
Kalimat umumnya terdiri atas kumpulan kata. Kata ataupun kelompok kata dalam kalimat memiliki fungsi sesuai dengan kedudukannya. Fungsi kata atau kelompok kata dalam kalimat inilah yang dinamakan jabatan kalimat atau fungsi gramatikal kalimat. yang di antaranya ialah :

1. Subjek atau pokok kalimat,
yaitu bagian kalimat yang menjadi pokok pembicaraan atau masalah pokok. Jabatan ini lazimnya diduduki oleh nomina atau frase nominal.

(1) Buku sekarang mahal.
(2) Kejujuran sudah merupakan barang langka saat ini.
(3) Rapat itu membahas kurikulum.
Umumnya subjek tidak dapat didahului oleh preposisi seperti di, dalam, bagi, kepada, dari, dengan, untuk, dll.

Kalimat di bawah ini rancu atau tidak baku, dan dapat dibakukan dengan menghilangkan preposisinya.
(4)* Dalam rapat itu membicarakan kurikulum.
(5)* Kepada para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia .
(6)* Dengan kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.

Kalimat di atas seharusnya demikian :

(4a) Rapat itu membicarakan kurikulum. atau
(4b) Dalam rapat itu dibicarakan kurikulum.

(5a) Para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia.
(5b) Bahasa Indonesia perlu diajarkan kepada para mahasiswa

(6a) Kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.
(6b) Dengan kejadian itu ditunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.

2. Predikat, atau sebutan
ialah bagian kalimat yang menandai apa yang dibicarakan tentang subjek. Predikat sebuah kalimat dapat berupa nomina atau frase nominal, verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjektival, frase preposisional, dan kata bilangan atau numeralia, seperti kita lihat pada kalimat berikut.

(7) Suaminya guru.
(8) Suaminya bekerja
(9) Suaminya rajin.
(10) Suaminya dari kantor.
(11) Rumahnya satu.

3. Objek
adalah bagian kalimat yang mengikuti verba transitif atau yang melengkapi predikat verbal transitif.
Ada dua macam :
1. objek langsung, yaitu yang menjadi tujuan langsung dari tindakan yang dimaksud oleh verbanya, dan
2. objek tak langsung. Objek langsung tidak dapat didahului oleh preposisi.
(12) Kami akan bertemu lagi dan akan membicarakan tentang soal itu.
(13) Guru itu sering memberi saya tugas.
(14) Guru itu menjanjikan sesuatu kepada saya.

Dalam kalimat (12) soal itu adalah objek langsung, dengan demikian penyisipan preposisi tentang tidak dibenarkan. Jadi kalimat itu rancu dan tidak baku, dan dapat dibakukan dengan menghilangkan preposisi tentang.
Dalam kalimat (13) saya adalah objek langsung, dan tugas merupakan objek tidak langsung
Sedangkan dalam kalimat (14) yang menjadi objek langsung ialah sesuatu, dan yang tidak langsung adalah saya.

4. Keterangan
adalah bagian kalimat yang memberi kejelasan tentang kapan, di mana, dan bagaimana peristiwa yang diutarakan dalam kalimat itu berlangsung.
1. Keterangan tempat :
(15) Pedagangh itu menjajakan barangnya di kota.
(15a) Dia melamar pekerjaan di kantor tempat adiknya bekerja.
2. Keterangan waktu :
(16) Anaknya menulis surat itu kemarin.
(16a) Dia menulis surat itu ketika saya masuk ke kamarnya.
3. Keterangan sebab :
(17) Anaknya tidak masuk sekolah karena sakit.
(17a) Budiman tidak masuk sekolah karena ia sakit dan harus ke dokter.
4. Keterangan kecaraan :
(18) la membaca dengan tekun.
(18a) la membaca dengan suara keras dan nyaring.
5. Keterangan tujuan :
(19) la belajar tekun supaya lulus.
(19a) la belajar tekun supaya tahun depan ia dapat ikut cepat tepat.
6. Keterangan syarat :
(20) Pelajar itu diizinkan masuk kelas jika rapi.
(20a) Pelajar itu diizinkan masuk kelas jika bajunya sudah rapi.
Pola Kalimat

Pola kalimat ialah susunan fungsi gramatikal yang tepat untuk mewujudkan suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia banyak pola yang mungkin disusun, antara lain sebagai berikut:

1. Subjek-Predikat, atau S-P
(21) Dia membaca.
(22) Gadis berambut panjang itu tidak di sini lagi.
2. Subjek-Predikat-Objek, atau S-P-O
(23) Dia membaca buku bahasalndonesia.
(24) Anwar mengembalikan buku saya.
3. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan, atau S-P-O-K
(25) Anaknya meminjam kamus kemarin.
(26) Direktur ilu menandatangani perjanjian tersebut dengan terpaksa
4. Predikat-Subjek, atau P-S
(27) Belum dikembalikan juga buku saya.
(28) Sedang tidur ayah.
5. Subjek-Predikat-Keterangan, atau S-P-K
(29) Sekretarisnya sedang mengetik di ruang sebelah.
(30) Pelajar itu menyimak dengan penuh perhatian.
6. K-S-P-01-02-K
(31) Pada waktu itu dia menyerahkan bingkisan kepada pembantunya secara diam-diam.
(32) Karena hujan dan meminjami saya sebuah payung kemarin
Pola Dasar Kalimat bahasa Indonesia

Pola dasar kalimat adalah tinjauan terhadap fungsi subjek dan predikat kalimat berdasarkan kelas kata yang menduduki kedua fungsi tersebut. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kata Benda + Kata Benda
(33) Paman saya pedagang.
(34) Itu rumah paman.

2. Kata Benda + Kata Kerja
(35) Paman Ateng melawak
(36) Iwan yang pandai itu pergi.

3. Kata Benda + Kata Sifat
(37) Kelinci itu lucu sekali.
(38) Motor Honda Samsu rusak.

4. Kata Benda + Kata Tugas
(39) Ibu ke pasar.
(40) Nenek dari Bandung..

Ragam Kalimat

Dengan sejumlah kosa kata yang kita kuasai, kita dapat menyusun berbagai jenis kalimat sesuai dengan pikiran, gagasan, atau perasaan yang ingin kita utarakan. Variasi bentuk atau jenis
kalimat ini lazim disebut ragam kalimat.
Berdasarkan kandungan informasi (isi) dan intonasinya, kalimat dapat dibedakan atas :

1. Kalimat deklaratif atau kalimat pernyataan,
yaitu kalimat yang mengandung informasi tentang suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan memakluminya.

(41) Besok paman pergi ke Medan.
(42) Menyerah kepada takdir bukan berarti menyerah untuk kalah karena sesungguhnya manusia ditakdirkan untuk menang.
(43) Kecemburuan pribumi terhadap nonpribumi, terutama golongan Cina, saya pikir hanya karena perbedaan status sosia.l
2. Kalimat interogatif atau kalimat tanya,
ialah yang berisi permintaan agar orang kedua memberi informasi tentang sesualu.

(44) Dia pergi ke situ?
(45) Siapa menurut pendapatmu yang akan lulus?
(46) Hidup sederhana sudah sering dan sudah lama kita gembar-
gemborkan. Tetapi hasilnya?
(47) Benarkah generasi muda sukar diajak maju? Ataukah sebaliknya generasi tua yang kurang mampu menawarkan kesempatan?
3. Kalimat imperatif atau kalimat perintah,
yaitu kalimat yang mengandung permintaan agar orang kedua melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu sesuai dengan kata kerja yang dimaksud. Contoh:

(48) Silakan dipahami kenyataan bahwa kaum tua-muda, wajib saling menghargai untuk saling melengkapi.
(49) Sebagai kaum tua, Saudara harus ,sadar bahwa dalam diri kaum muda pun tersirat nilai-nilai dan harapan yang jauh lebih sesuai dengan situasi baru serta dunianya sendiri.
(50) Sebaliknya kalian, kaum muda, harap mencari, bimbingan dan pegangan dari kaum tua yang lebih berpengalaman, sebab kamu tak akan dapat bergerak meraba-raba dalam gelap menuju ide atau cita-cita.
Berdasarkan jenis kata yang menduduki fungsi atau jabatan predikat kalimat dibedakan atas:

1. Kalimat verbal.
yaitu yang predikatnya kata kerja.

(51) Adik tidur.
(52) Dia tidak melamun, tetapi berpikir,
(53) Rasa hormat memang tidak selalu mendatangkan persahabatan, tetapi persahabatan selalu menuntut adanya rasa hormat dan mustahil tanpa itu.

2. Kalimat nominal,
yang predikatnya bukan kata kerja.

(54) Nartosabdo dalang.
(55) Mereka murid-murid kebanggaan.
(56) Pelajar di sekolah ini hampir semuanya rajin dan disiplin
(57) Yang bersampul merah berada di meja kami.

Berdasarkan jumlah unsur pusat dan penjelasannya:
1. Kalimat inti,
ialah kalimat yang terdiri dari dua unsur pusat atau inti.

(58) Adik menangis.

2. Kalimat transformasi,
ialah kalimat inti yang mengalami
a. Pembalikan susunan
(59) Menangis adik.

b. Perubahan intonasi
(60) Adik menangis?
(61) Adik, menangis?

c. Perluasan
(62) Adik saya sedang menangis dikamar.

d. Penegasian
(63) Adik tidak menangis.
Berdasarkan jumlah klausa serta sifat hubungan antarklausanya, kita mengenal kalimat tunggal, kalimat majemuk setara kalimat kompleks, dan kalimat majemuk rapatan.

1. Kalimat tunggal
ialah yang hanya mengandung satu klausa atau yang hanya mempunyai satu objek dan satu predikat.

(64) Kita perlu berkreasi.
(65) Mahasiswa itu mengadakan penelitian
(66) Kini mahasiswa itu sedang mengadakan penelitian tentang fluktuasi harga semen.

2. Kalimat majemuk setara,
bila hubungan antara kedua pola itu sederajat, maka terdapatlah kalimat majemuk yang setara. Hubungan setara itu dapat diperinci lagi atas:
a. Setara menggabungkan: penggabungan ini dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti :
dan, lagi, sesudah itu, karena itu

(67) Saya menangkap ayam itu, dan ibu memotongnya.
(68) Ayah memanjat pohon mangga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.
b. Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah : atau.

(69) Engkau tinggal saja di sini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.
c. Setara mempertentangkan: kata-kata tugas yang dipakai dalam hubungan ini adalah : tetapi, melainkan,hanya

(70) Adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas .
(71) la tidak meniaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.
d. Setara menguatkan: kata tugas yang digunakan :
bahkan. lagipula lagi.

(72) Anak ini pintar, bahkan budi pekertinya baik.
3. Kalimat kompleks
yang disebutl juga kalimat majemuk bertingkat, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua klausa, sedangkan klausa yang satu menjadi bagian klausa yang lain.
Klausa yang menjadi bagian klausa yang lain disebut klausa terikat atau anak kalimat, sedang klausa yang memuat klausa terikat dinamakan klausa bebas.

(73) Saya tidak tahu kapan ayahnya kembali.
(74) Saya sendiri, yang sudah sedemikian dekat kepadanya,juga tidak tahu apa sebenamya yang dla lnginkan sehingga tega berbuat semacam itu terhadap istrinya.

4. Kalimat majemuk rapatan
adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek atau predikatnya sama maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

(75a) Pekerjaannya hanya makan.
(75b) Pekerjaannya hanya tidur.
(75c) Pekerjaannya hanya merokok.

Semua kalimat tersebut kemudian dirapatkan menjadi:

(75d) Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok.
(76a) Mereka tidak perlu tahu kapan kita harus pergl
(76b) Mereka tidak perlu tahu bagaimana kita harus pergi.
Yang pentlng tugas itu harus terlaksana.

Kedua kalimat tersebut kemudian dirapatkan menjadi:

(76c) Mereka tidak perlu tahu kapan dan bagaimana kita harus pergi. Yang penting tugas ltu harus tertaksana.

Berdasarkan cara penyampaian pendapat atau ujaran orang ketiga, kalimat dibedakan atas kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

5. Kalimat langsung
yaitu yang menyatakan pendapat orang ketiga dengan mengutip kata-katanya persis seperti waktu dikatakannya.

(77) "Aku benar-benar mencintaimu.Aku ingin kau menjadi millkkul" kata ibu kepada ayah.
(78) "Kontak batin antara lbu dan anak," katanya, "ialah rahmat Tuhan yang tak ternilai harganya."

6. Kalimat tak langsung
kebalikan kalimat langsung, yaitu yang menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya secara tepat. Misalnya :

(79) Dia mengatakan bahwa kontak batin antara ibu dan anak adalah rahmat Tuhan ya,ng tak ternilai harganya.
(80) D. J Schwartz menegaskan bahwa, yang pentlng bukan kenapa kita tidak maju, tetapl bagaimana kita harus maju.
Berdasarkan lengkap tidaknya unsur utama, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dan kalimat elips.

7. Kalimat elips
disebut juga kalimat tidak sempurna atau kalimat tak lengkap, yaitu kalimat yang sebagian unsurnya dihilangkan karena dianggap sudah jelas dari konteksnya.

(81) Ah, masa?
(82) Yah... mudah-mudahan saja!

Berdasarkan urutan kedudukan subjek dan predikatnya, kalimat dibedakan atas kalimat normal dan kalimat inversi.

8. Kalimat inversi,
disebut juga kalimat susun balik yaitu predikatnya mendahului subjek. Contoh:

(83) Telah dibenahi kakak semua mainan adik
(84) Sadarlah Andi bahwa mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri adalah jalan terbaik menuju bahagia.
(85) Dialah pencurinya.

Berdasarkan diatesis, kalimat dibedakan atas kalimat aktif dan kalimat pasif.

9. Kalimat aktif
yaitu yang subjeknya dianggap melakukan tindakan seperti yang dimaksud oleh kata kerjanya.

(86) Amat belajar.
(87) Kita dapat mengenal watak seseorang dengan jalan mengetahui
dengan siapa saja dia bisa bergaul.
(88) Amsah sedang tidur.

10. Kalimat pasif
ialah kalimat yang mengandung predikat verbal yang menunjukkan bahwa subjek menjadi tujuan dan sasaran perbuatan yang dimaksud oleh verba tersebut. Contoh:

(89) Bukunya sadah diambil.
(90) Bingkisan tersebut sudah mereka kirim.
(91) Tidak lama setelah dibebaskan dari hukuman itu, dia ketahuan mencuri lagi.
(92) Akhirnya persoalan itu terselesaikan juga.

11. Kalimat minor
yaitu yang hanya mengandung satu unsur pusat atau inti.

(93) Diam!
(94) Sangat bahagia.
(95) Silakan saja!
(96) Apa?

12. Kalimat mayor
yaitu yang mengandung lebih dari satu unsur pusat

(97) Dia sudah berangkat
(98) Kasur kakak rusak
(99) Jika ingat melakukan kebajikan, lakukanlah sekarang; jika bermaksud berbuat kejahatan tundalah hingga esok

Selasa, 04 Mei 2010

Batik Sebagai Salah Satu Jati Diri Bangsa

Sebagai bangsa yang besar, yang memiliki berbagai macam suku dan budaya. Indonesia harus memiliki jati diri yang menjadi ciri khas identitas bangsa. Salah satu kebudayaan yang paling dikenal masyarakat adalah batik. Batik Indonesia itulah ciri khas bangsa ini. Namun apakah batik itu dan bagaimana asal mula dari batik, akan dibahas lebih lanjut.

Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak – menggunakan canting atau cap – dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik – biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) – bukan kain batik.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
sumber: Wikipedia Indonesia

kata-kata serapan

Bahasa Indonesia memiliki ribuan bahkan jutaan kosakata. Kata-kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia sebagian diambil dari berbagai bahasa. Kata-kata yang diambil dari kata-kata bahasa asing disebut kata serapan.

Kata serapan antar bahasa adalah hal yang lumrah. jika terjadi kontak bahasa lewat pemakai pasti akan terjadi serap menyerap kata. Dengan adanya proses penyerapan akan menimbulkan saling meminjam dan saling pengaruh unsur asing. Peminjaman ataupun penyerapan dari suatu bahasa itu sendiri pasti di latar belakangi oleh berbagai macam faktor. Yang biasanya mengalami perubahan atas proses penyerapan adalah bunyi bahasa dan kosa kata.

Bahasa Indonesia sendiri selama pertumbuhannya banyak mengalami serapan dari bahasa-bahasa asing seperti bahasa Sansekerta, bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Masukkan unsur bahasa asing tersebut sejalan dengan histori bangsa Indonesia tentunya.

Berawal dari bahasa sansekerta yang datang bersamaan dengan ajaran hindu budha di Indonesia, kemudian bahasa Belanda yang sejalan dengan proses penjajahan bangsa Belanda. Setelah penjajahan bangsa Belanda usai adalah masa perdagangan antara bangsa timur tingah dengan bangsa Indonesia dan proses keagamaan yang menyebabakan terajdinya penyerapan bahasa Arab.Yang terakhir adalah bahasa Inggris dan itu terjadi hingga sekarang, faktor yang begitu dominan tentunya karena pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa pengguna bahasa Inggris. Selain bahasa-bahasa tersebut menurut wikipedia.com ada beberapa bahasa seperti cina, portugis, tamil, parsi, hindi yang ikut terserap oleh bahasa Indonesia namun memiliki persentasi yang tidak sebesar empat bahasa yang saya jelaskan sebelumnya diatas.

Contoh kata serapan antara lain:
edukasi berasal dari education (Inggris)
hikmah berasala dari kata hikmat (Arab)
besuk berasal dari kata bezoek (Belanda)
aniaya berasal dari kata anyaya (Sansekerta)