Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Namun apakah bahasa yang gunakan sudah benar penggunaanya? Belum tentu benar.
Ada pola-pola kalimat yang harus diperhatikan, agar bahasa Indonesia yang kita gunakan memenuhi kaidah pembentukan kalimat yang baik dan benar.
Bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya disebut dengan sintaksis.
Sedangkan kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap. Setiap kalimat mewakili satu gagasan utama .
Frase dan Klausa
Telah dijelaskan di atas bahwa kalimat dapat berupa kata atau kelompok kata, Kelompok kata yang membentuk satu kesatuan dan menduduki satu fungsi gramatikal dalam kalimat ialah frase. Frase tidak bersifat predikatif dan tidak mempunyai predikat
Sekelompok kata yang menjadi bagian kalimat dan memiliki predikat ialah klausa.
"Mahasiswa itu sudah mengatakan bahwa dia tidak dapat ikut ujian bahasa Indonesia".
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa.
a. Mahasiswa itu sudah mengatakan dan
b. bahwa dia tidak dapat ikut ujian bahasa Indonesia.
Klausa (a) merupakan klausa bebas, secara potensial dapat berdiri sendiri dan mampu menjadi kalimat.
Klausa (b) adalah klausa terikat atau klausa yang menjadi bagian klausa bebas, yang dalam kalimat di atas menjadi objek verba transitif mengatakan.
Kalimat demikian termasuk kalimat majemuk bertingkat atau subordinatif.
Yang merupakan frase dalam kalimat di atas ialah
a. mahasiswa itu,
b. ujian bahasa Indonesia, yang merupakan frase nominal, dan
c. sudah mengatakan, serta
d. tidak dapat ikut, yang merupakan frase verba
Frase dan Klausa ditinjau dari inti kata
1. Frase nominal,
yaitu frase yang intinya nomina, atau kata benda, dan dapat berfungsi menggantikan kata benda, buku tulis, lemari arsip, guru bahasa Indonesia, ibu bapak, para orang tua, dll.
2. Frase verbal,
yang intinya verba dan dapat mengganti kedudukan verba dalam kalimat. Misalnya :
sedang belajar, sudah belajar, tidak belajar, akan belajar, tidak harus belajar, tidak akan ingin belajar, dll.
3. Frase adjektival,
yang intinya kata sifat atau adjektiva. Misalnya :
sungguh pintar, cukup pintar, agak pintar, paling pintar, pintar sekali.
4. Frase preposisional,
yang salah satu unsurnya kata depan atau preposisi. Contoh :
di depan, dari depan, ke depan, oleh mereka, kepada kami, dengan tangan kiri, dll
Frase dan Klausa ditinjau dari kelas kata
1. Frase endosentris :
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata atau lebih ,yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya.
Contoh :
guru agama (kata benda) guru (kata benda) agama (kata benda)
gadis cantik (kata benda) gadis (kata benda) cantik (kata sifat)
Frase endosentris dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Frase bertingkat (frase subordinatif, frase atributif ) :
frase yang mengandung unsur inti (D) dan unsur penjelas (M).
Contoh:
baju baru
D M
anak manis
D M
sebatang rokok kretek
M D M
sebuah rumah mewah
M D M
seorang guru
M D
sepotong roti
M D
2. Frase setara (frase koordinatif): frase yang mengandung dua buah unsur inti (tidak ada unsur penjelas/atribut).
Contoh:
suami istri
sawah ladang
sanak saudara
2. Frase Eksosentris:
sebuah susunan yang merupakan gabungan dua kata (atau lebih) yang menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata dari salah satu(atau lebih) unsur pembentukannya.
Contoh :
dari sekolah (kata keterangan) dari (kata depan) sekolah (kata benda),
yang memimpin(kata benda) yang (kata tugas) memimpin (kata kerja)
Frase dan Klausa ditinjau dari makna frase
1. Frase idiomatik, kelompok kata yang maknanya merupakan idiom (ungkapan), memiliki arti konotatif. Misalnya, bermental baja, membanting tulang.
2. Frase biasa, yang memiliki arti sebenarnya. Misalnya, rumah Ateng, sedang pergi
Jabatan atau Fungsi Gramatikal Kalimat
Kalimat umumnya terdiri atas kumpulan kata. Kata ataupun kelompok kata dalam kalimat memiliki fungsi sesuai dengan kedudukannya. Fungsi kata atau kelompok kata dalam kalimat inilah yang dinamakan jabatan kalimat atau fungsi gramatikal kalimat. yang di antaranya ialah :
1. Subjek atau pokok kalimat,
yaitu bagian kalimat yang menjadi pokok pembicaraan atau masalah pokok. Jabatan ini lazimnya diduduki oleh nomina atau frase nominal.
(1) Buku sekarang mahal.
(2) Kejujuran sudah merupakan barang langka saat ini.
(3) Rapat itu membahas kurikulum.
Umumnya subjek tidak dapat didahului oleh preposisi seperti di, dalam, bagi, kepada, dari, dengan, untuk, dll.
Kalimat di bawah ini rancu atau tidak baku, dan dapat dibakukan dengan menghilangkan preposisinya.
(4)* Dalam rapat itu membicarakan kurikulum.
(5)* Kepada para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia .
(6)* Dengan kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.
Kalimat di atas seharusnya demikian :
(4a) Rapat itu membicarakan kurikulum. atau
(4b) Dalam rapat itu dibicarakan kurikulum.
(5a) Para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia.
(5b) Bahasa Indonesia perlu diajarkan kepada para mahasiswa
(6a) Kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.
(6b) Dengan kejadian itu ditunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.
2. Predikat, atau sebutan
ialah bagian kalimat yang menandai apa yang dibicarakan tentang subjek. Predikat sebuah kalimat dapat berupa nomina atau frase nominal, verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjektival, frase preposisional, dan kata bilangan atau numeralia, seperti kita lihat pada kalimat berikut.
(7) Suaminya guru.
(8) Suaminya bekerja
(9) Suaminya rajin.
(10) Suaminya dari kantor.
(11) Rumahnya satu.
3. Objek
adalah bagian kalimat yang mengikuti verba transitif atau yang melengkapi predikat verbal transitif.
Ada dua macam :
1. objek langsung, yaitu yang menjadi tujuan langsung dari tindakan yang dimaksud oleh verbanya, dan
2. objek tak langsung. Objek langsung tidak dapat didahului oleh preposisi.
(12) Kami akan bertemu lagi dan akan membicarakan tentang soal itu.
(13) Guru itu sering memberi saya tugas.
(14) Guru itu menjanjikan sesuatu kepada saya.
Dalam kalimat (12) soal itu adalah objek langsung, dengan demikian penyisipan preposisi tentang tidak dibenarkan. Jadi kalimat itu rancu dan tidak baku, dan dapat dibakukan dengan menghilangkan preposisi tentang.
Dalam kalimat (13) saya adalah objek langsung, dan tugas merupakan objek tidak langsung
Sedangkan dalam kalimat (14) yang menjadi objek langsung ialah sesuatu, dan yang tidak langsung adalah saya.
4. Keterangan
adalah bagian kalimat yang memberi kejelasan tentang kapan, di mana, dan bagaimana peristiwa yang diutarakan dalam kalimat itu berlangsung.
1. Keterangan tempat :
(15) Pedagangh itu menjajakan barangnya di kota.
(15a) Dia melamar pekerjaan di kantor tempat adiknya bekerja.
2. Keterangan waktu :
(16) Anaknya menulis surat itu kemarin.
(16a) Dia menulis surat itu ketika saya masuk ke kamarnya.
3. Keterangan sebab :
(17) Anaknya tidak masuk sekolah karena sakit.
(17a) Budiman tidak masuk sekolah karena ia sakit dan harus ke dokter.
4. Keterangan kecaraan :
(18) la membaca dengan tekun.
(18a) la membaca dengan suara keras dan nyaring.
5. Keterangan tujuan :
(19) la belajar tekun supaya lulus.
(19a) la belajar tekun supaya tahun depan ia dapat ikut cepat tepat.
6. Keterangan syarat :
(20) Pelajar itu diizinkan masuk kelas jika rapi.
(20a) Pelajar itu diizinkan masuk kelas jika bajunya sudah rapi.
Pola Kalimat
Pola kalimat ialah susunan fungsi gramatikal yang tepat untuk mewujudkan suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia banyak pola yang mungkin disusun, antara lain sebagai berikut:
1. Subjek-Predikat, atau S-P
(21) Dia membaca.
(22) Gadis berambut panjang itu tidak di sini lagi.
2. Subjek-Predikat-Objek, atau S-P-O
(23) Dia membaca buku bahasalndonesia.
(24) Anwar mengembalikan buku saya.
3. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan, atau S-P-O-K
(25) Anaknya meminjam kamus kemarin.
(26) Direktur ilu menandatangani perjanjian tersebut dengan terpaksa
4. Predikat-Subjek, atau P-S
(27) Belum dikembalikan juga buku saya.
(28) Sedang tidur ayah.
5. Subjek-Predikat-Keterangan, atau S-P-K
(29) Sekretarisnya sedang mengetik di ruang sebelah.
(30) Pelajar itu menyimak dengan penuh perhatian.
6. K-S-P-01-02-K
(31) Pada waktu itu dia menyerahkan bingkisan kepada pembantunya secara diam-diam.
(32) Karena hujan dan meminjami saya sebuah payung kemarin
Pola Dasar Kalimat bahasa Indonesia
Pola dasar kalimat adalah tinjauan terhadap fungsi subjek dan predikat kalimat berdasarkan kelas kata yang menduduki kedua fungsi tersebut. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kata Benda + Kata Benda
(33) Paman saya pedagang.
(34) Itu rumah paman.
2. Kata Benda + Kata Kerja
(35) Paman Ateng melawak
(36) Iwan yang pandai itu pergi.
3. Kata Benda + Kata Sifat
(37) Kelinci itu lucu sekali.
(38) Motor Honda Samsu rusak.
4. Kata Benda + Kata Tugas
(39) Ibu ke pasar.
(40) Nenek dari Bandung..
Ragam Kalimat
Dengan sejumlah kosa kata yang kita kuasai, kita dapat menyusun berbagai jenis kalimat sesuai dengan pikiran, gagasan, atau perasaan yang ingin kita utarakan. Variasi bentuk atau jenis
kalimat ini lazim disebut ragam kalimat.
Berdasarkan kandungan informasi (isi) dan intonasinya, kalimat dapat dibedakan atas :
1. Kalimat deklaratif atau kalimat pernyataan,
yaitu kalimat yang mengandung informasi tentang suatu hal untuk disampaikan kepada orang kedua agar yang bersangkutan memakluminya.
(41) Besok paman pergi ke Medan.
(42) Menyerah kepada takdir bukan berarti menyerah untuk kalah karena sesungguhnya manusia ditakdirkan untuk menang.
(43) Kecemburuan pribumi terhadap nonpribumi, terutama golongan Cina, saya pikir hanya karena perbedaan status sosia.l
2. Kalimat interogatif atau kalimat tanya,
ialah yang berisi permintaan agar orang kedua memberi informasi tentang sesualu.
(44) Dia pergi ke situ?
(45) Siapa menurut pendapatmu yang akan lulus?
(46) Hidup sederhana sudah sering dan sudah lama kita gembar-
gemborkan. Tetapi hasilnya?
(47) Benarkah generasi muda sukar diajak maju? Ataukah sebaliknya generasi tua yang kurang mampu menawarkan kesempatan?
3. Kalimat imperatif atau kalimat perintah,
yaitu kalimat yang mengandung permintaan agar orang kedua melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu sesuai dengan kata kerja yang dimaksud. Contoh:
(48) Silakan dipahami kenyataan bahwa kaum tua-muda, wajib saling menghargai untuk saling melengkapi.
(49) Sebagai kaum tua, Saudara harus ,sadar bahwa dalam diri kaum muda pun tersirat nilai-nilai dan harapan yang jauh lebih sesuai dengan situasi baru serta dunianya sendiri.
(50) Sebaliknya kalian, kaum muda, harap mencari, bimbingan dan pegangan dari kaum tua yang lebih berpengalaman, sebab kamu tak akan dapat bergerak meraba-raba dalam gelap menuju ide atau cita-cita.
Berdasarkan jenis kata yang menduduki fungsi atau jabatan predikat kalimat dibedakan atas:
1. Kalimat verbal.
yaitu yang predikatnya kata kerja.
(51) Adik tidur.
(52) Dia tidak melamun, tetapi berpikir,
(53) Rasa hormat memang tidak selalu mendatangkan persahabatan, tetapi persahabatan selalu menuntut adanya rasa hormat dan mustahil tanpa itu.
2. Kalimat nominal,
yang predikatnya bukan kata kerja.
(54) Nartosabdo dalang.
(55) Mereka murid-murid kebanggaan.
(56) Pelajar di sekolah ini hampir semuanya rajin dan disiplin
(57) Yang bersampul merah berada di meja kami.
Berdasarkan jumlah unsur pusat dan penjelasannya:
1. Kalimat inti,
ialah kalimat yang terdiri dari dua unsur pusat atau inti.
(58) Adik menangis.
2. Kalimat transformasi,
ialah kalimat inti yang mengalami
a. Pembalikan susunan
(59) Menangis adik.
b. Perubahan intonasi
(60) Adik menangis?
(61) Adik, menangis?
c. Perluasan
(62) Adik saya sedang menangis dikamar.
d. Penegasian
(63) Adik tidak menangis.
Berdasarkan jumlah klausa serta sifat hubungan antarklausanya, kita mengenal kalimat tunggal, kalimat majemuk setara kalimat kompleks, dan kalimat majemuk rapatan.
1. Kalimat tunggal
ialah yang hanya mengandung satu klausa atau yang hanya mempunyai satu objek dan satu predikat.
(64) Kita perlu berkreasi.
(65) Mahasiswa itu mengadakan penelitian
(66) Kini mahasiswa itu sedang mengadakan penelitian tentang fluktuasi harga semen.
2. Kalimat majemuk setara,
bila hubungan antara kedua pola itu sederajat, maka terdapatlah kalimat majemuk yang setara. Hubungan setara itu dapat diperinci lagi atas:
a. Setara menggabungkan: penggabungan ini dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantarai kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti :
dan, lagi, sesudah itu, karena itu
(67) Saya menangkap ayam itu, dan ibu memotongnya.
(68) Ayah memanjat pohon mangga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.
b. Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah : atau.
(69) Engkau tinggal saja di sini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.
c. Setara mempertentangkan: kata-kata tugas yang dipakai dalam hubungan ini adalah : tetapi, melainkan,hanya
(70) Adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas .
(71) la tidak meniaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.
d. Setara menguatkan: kata tugas yang digunakan :
bahkan. lagipula lagi.
(72) Anak ini pintar, bahkan budi pekertinya baik.
3. Kalimat kompleks
yang disebutl juga kalimat majemuk bertingkat, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua klausa, sedangkan klausa yang satu menjadi bagian klausa yang lain.
Klausa yang menjadi bagian klausa yang lain disebut klausa terikat atau anak kalimat, sedang klausa yang memuat klausa terikat dinamakan klausa bebas.
(73) Saya tidak tahu kapan ayahnya kembali.
(74) Saya sendiri, yang sudah sedemikian dekat kepadanya,juga tidak tahu apa sebenamya yang dla lnginkan sehingga tega berbuat semacam itu terhadap istrinya.
4. Kalimat majemuk rapatan
adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek atau predikatnya sama maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
(75a) Pekerjaannya hanya makan.
(75b) Pekerjaannya hanya tidur.
(75c) Pekerjaannya hanya merokok.
Semua kalimat tersebut kemudian dirapatkan menjadi:
(75d) Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok.
(76a) Mereka tidak perlu tahu kapan kita harus pergl
(76b) Mereka tidak perlu tahu bagaimana kita harus pergi.
Yang pentlng tugas itu harus terlaksana.
Kedua kalimat tersebut kemudian dirapatkan menjadi:
(76c) Mereka tidak perlu tahu kapan dan bagaimana kita harus pergi. Yang penting tugas ltu harus tertaksana.
Berdasarkan cara penyampaian pendapat atau ujaran orang ketiga, kalimat dibedakan atas kalimat langsung dan kalimat tak langsung.
5. Kalimat langsung
yaitu yang menyatakan pendapat orang ketiga dengan mengutip kata-katanya persis seperti waktu dikatakannya.
(77) "Aku benar-benar mencintaimu.Aku ingin kau menjadi millkkul" kata ibu kepada ayah.
(78) "Kontak batin antara lbu dan anak," katanya, "ialah rahmat Tuhan yang tak ternilai harganya."
6. Kalimat tak langsung
kebalikan kalimat langsung, yaitu yang menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya secara tepat. Misalnya :
(79) Dia mengatakan bahwa kontak batin antara ibu dan anak adalah rahmat Tuhan ya,ng tak ternilai harganya.
(80) D. J Schwartz menegaskan bahwa, yang pentlng bukan kenapa kita tidak maju, tetapl bagaimana kita harus maju.
Berdasarkan lengkap tidaknya unsur utama, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dan kalimat elips.
7. Kalimat elips
disebut juga kalimat tidak sempurna atau kalimat tak lengkap, yaitu kalimat yang sebagian unsurnya dihilangkan karena dianggap sudah jelas dari konteksnya.
(81) Ah, masa?
(82) Yah... mudah-mudahan saja!
Berdasarkan urutan kedudukan subjek dan predikatnya, kalimat dibedakan atas kalimat normal dan kalimat inversi.
8. Kalimat inversi,
disebut juga kalimat susun balik yaitu predikatnya mendahului subjek. Contoh:
(83) Telah dibenahi kakak semua mainan adik
(84) Sadarlah Andi bahwa mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri adalah jalan terbaik menuju bahagia.
(85) Dialah pencurinya.
Berdasarkan diatesis, kalimat dibedakan atas kalimat aktif dan kalimat pasif.
9. Kalimat aktif
yaitu yang subjeknya dianggap melakukan tindakan seperti yang dimaksud oleh kata kerjanya.
(86) Amat belajar.
(87) Kita dapat mengenal watak seseorang dengan jalan mengetahui
dengan siapa saja dia bisa bergaul.
(88) Amsah sedang tidur.
10. Kalimat pasif
ialah kalimat yang mengandung predikat verbal yang menunjukkan bahwa subjek menjadi tujuan dan sasaran perbuatan yang dimaksud oleh verba tersebut. Contoh:
(89) Bukunya sadah diambil.
(90) Bingkisan tersebut sudah mereka kirim.
(91) Tidak lama setelah dibebaskan dari hukuman itu, dia ketahuan mencuri lagi.
(92) Akhirnya persoalan itu terselesaikan juga.
11. Kalimat minor
yaitu yang hanya mengandung satu unsur pusat atau inti.
(93) Diam!
(94) Sangat bahagia.
(95) Silakan saja!
(96) Apa?
12. Kalimat mayor
yaitu yang mengandung lebih dari satu unsur pusat
(97) Dia sudah berangkat
(98) Kasur kakak rusak
(99) Jika ingat melakukan kebajikan, lakukanlah sekarang; jika bermaksud berbuat kejahatan tundalah hingga esok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar